Penerjemah : Husky
Editor : Ridzgank
Editor : Ridzgank
Illustrasi Novel | Bab 1 | Bab 2 | Bab 3 | Bab 4 | Bab 5 | Bab 6 | Bab 7 | Bab 8 | Bab 9 | Kata Penutup
Jilid 11 Bab 2
Demikian Juga, Pertarungan yang Hanya Diikuti Perempuan Dimulai (ada laki-laki juga)
Bagian 1
Demikian Juga, Pertarungan yang Hanya Diikuti Perempuan Dimulai (ada laki-laki juga)
Bagian 1
Setelah diketuk dengan lembut, mata kami mengarah ke pintu yang diketuk pelan itu untuk sesaat.
Isshiki hendak meninggalkan ruangan, tapi setelah dia silih berganti melirik kami dan pintu itu, dia secara perlahan kembali ke tempat duduknya. Yah, aku hanya bisa membayangkan betapa canggungnya saling bertatapan dengan orang yang berkunjung di pintu keluar.
Tak lama, Suara-suara ribut datang dari sisi lain dinding tipis itu.
"Ini bukan seperti kita membutuhkan bantuan mereka..."
"Tidak apa-apa. Lagi pula, aku juga tidak tahu banyak tentang hal itu."
Suara-suara itu terdiri dari pembicara bodoh yang kukenal dan nada yang ramah, tampak tegas.
Ada ketukan di pintu lagi, hanya saja kali ini lebih berirama.
"Masuklah," Jawab Yukinoshita, dan pintu perlahan terbuka. Muncul saat pintu dibuka adalah wajah Ebina-san.
"Hallo, hallo! Apa kalian ada waktu sebentar?"
"Hina? Oh, tentu, masuklah, masuklah!" Yuigahama mengisyaratkan dengan tangannya, dan Ebina-san membalas dengan anggukan. Sesungguhnya, semakin cepat kamu masuk, semakin sedikit angin yang masuk kedalam. Lagipula, kursiku yang paling dekat dengan pintu...
"Maaf kami mengganggu." Kata Ebina-san dengan sapaan yang sopan saat dia masuk.
Mengikuti di belakangnya tanpa kata, dengan ekspresi suram dan mata yang dipalingkan, adalah Miura.
"Apa yang bisa kami lakukan untukmu?" tanya Yukinoshita.
Mulut miura terbuka saat dia melirik Isshiki. "Dan kenapa dia disini?"
"Oh, kau tahu, Itulah sesuatu yang ingin aku katakan... atau semacamnya!” Isshiki membalas dengan senyuman saat Miura memutar-mutar rambutnya dengan tatapan tidak senang.
Oh, benar-benar suasana yang aneh... Kupikir. Persepsi Yuigahama pasti sama, karena dia datang untuk menengahi. "Ummm, apa karena banyak orang di sini membuatmu lebih sulit untuk berbicara?"
"Tidak, Tidak juga...," Miura menjawab, sikapnya masih ketus. Ini tentu saja tidak tampak seperti dia bisa berbicara tentang berbagai hal dengan mudah.
"Kami bisa saja menyuruh Isshiki pergi jika kamu mau," aku menawarkannya.
"Hah!? Kenapa!?"
Ini tidak seperti kamu anggota klub atau semacamnya... Kamu berada disini seolah-olah itu adalah pemberian yang tidak normal, kau tahu?
Ebina-san menepuk bahu Miura untuk menenangkannya. "Sekarang, Yumiko. Pikirkan saja tentang hal yang ingin kamu katakan, mengerti. Jika kamu tidak terlalu spesifik, itu tidak apa-apa, benarkan?"
"Itu benar... Aku membayangkan hal itu mungkin sulit untuk dibahas... Aku tidak keberatan, namun," Yukinoshita melirikku, mencari konfirmasi.
Aku membalasnya dengan anggukan. "Nah, kenapa kita tidak mendengar apa masalahmu terlebih dulu? Jika terlalu membingungkan, kamu bisa berbicara secara pribadi dengan yang lain setelah itu."
"Ya, kedengarannya bagus... Oh, tapi hei, Iroha-chan mungkin memiliki beberapa ide yang bagus juga," tambah Yuigahama.
Isshiki jelas tidak senang diperlakukan seperti orang luar, tapi aku perlahan-lahan mencondongkan kepalaku untuk Yuigahama, yang menjawab dengan senyum lega. Aku merasa agak kasihan padanya karena dia harus bertoleransi untuk kedua belah pihak.
"Mari kita mulai dari awal," Kata Yukinoshita, memulai kembali percakapan.
Miura menatap Isshiki untuk beberapa lama, tapi akhirnya dia menghapus tatapannya. Dia memainkan rambutnya seakan mencari ujung yang bercabang, kemudian membuka mulutnya untuk berbicara.
"... Ya, kamu tahu? aku berpikir untuk membuat cokelat... Um, kita memiliki ujian dan semuanya tahun depan... Jadi ini seperti hari terakhir kita atau semacamnya."
Dia perlahan melemahkan suaranya dengan nada yang dipenuhi dengan rasa malu. Pipinya perlahan memerah saat berbicara.
Namun, ada rasa kesepian yang melekat dalam kata-katanya. Meskipun itu mungkin menjadi sesuatu yang aku rasa sesuai dengan diriku sendiri.
Tahun depan, di sekitaran waktu di musim ini, kami tidak diwajibkan untuk pergi kesekolah.
Hal ini juga terjadi tepat di tengah-tengah musim ujian, dengan ujian untuk masuk perguruan tinggi swasta yang diadakan saat waktu ini juga.
Oleh karena itu, ini akan menjadi hari Valentine terakhir kita di SMA. Hari itu mungkin akan memiliki arti yang benar-benar berbeda dalam kehidupan kita nanti.
Misalnya, Setelah kamu menjadi seorang mahasiswa atau anggota masyarakat yang sudah bekerja, kamu mungkin akan melihat hari Valentine dengan cara lain.
Sebagai seorang yang sudah dewasa, aku ragu kamu akan mengalami sukacita dari menerima cokelat atau merayakan saat menerima cokelat. Itu mirip seperti salju: melihatnya jatuh begitu langka dan menyenangkan sehingga kamu akan senang karena melihat simbol salju di saluran cuaca TV saat masih kecil. Tapi sekarang, kamu melihat hal itu hanya merepotkan saja, apakah itu berangkat ke sekolah, cuaca yang dingin, atau membayangkan dirimu akan basah kuyup.
"... Jadi seperti, Aku pikir aku akan mencobanya," lanjut Miura sambil memutar-mutar rambutnya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Kata-kata yang keluar dari mulutnya saat rambutnya menari di sekitar jemari yang pastinya menyenangkan.
Untuk mereka itu mungkin harus dikhawatirkan, tidak diragukan lagi itu adalah hari Valentine terakhir dalam kehidupan mereka.
Tidak banyak yang bisa bersimpati padanya disini. Isshiki masih memiliki setahun lagi, yang berarti tidak terasa seperti itu padanya. Mulutnya terbuka seakan itu akan menjadi masalah yang besar sementara Yukinoshita sedang memikirkan sesuatu dengan tangan yang ditempatkan di dagunya.
Yuigahama, rupanya, menggembungkan pipinya. Dia menyipitkan matanya dan memberi Miura wajah tegas.
"... Yumiko, bukankah kamu bilang cokelat buatan tangan terlalu ambisius?"
"... Y-Yah-" Miura kehilangan kata-kata, diam-diam mencoba menghindari tatapan Yuigahama, tapi Yuigahama mengikuti sorot matanya dengan cara yang tidak mungkin bisa dia hindari.
Ebina-san menenangkan Yuigahama yang mengerang karena tidak senang. "Baiklah sekarang, apa masalahnya? Kupikir membuat cokelat itu bagus juga."
"Hah? Kamu akan membuatnya juga Hina?" tanya Yuigahama, terkejut.
"Yup. Nah, sepertinya aku akan ditemani Yumiko atau sesuatu seperti itu. Lagipula, tidak ada salahnya untuk mempelajarinya."
"Oh, itu sedikit mengejutkan."
"Benarkah? Seperti, jika aku mempelajarinya, itu akan sangat berguna dijadikan barang seperti di Comiket," Lanjut Ebina-san.
Menyaksikan mereka berdua berbicara, aku dikuasai rasa tidak nyaman.
"Oh ho..."
... Barang, barang, ya? Hmmm? Aku menatap Ebina-san, mendapati kata-katanya yang aneh, dan dia menoleh kerahaku. Lirikan dari dalam lensa kacamatanya bertanya padaku seolah menanyakan padaku apa ada sesuatu yang salah. Aku merespon dengan menggelengkan kepala.
Seringkali, Hal-hal menyangkut buatan tangan, baik sebagai barang atau hadiah, digunakan sebagai formalitas untuk menjaga jarak di luar persahabatan. Ebina-san harus menyadari hal ini, namun dia masih berusaha untuk mengetahui proses pembuatan giri cocho[1].
Dengan kata lain, itu menunjukkan kalau dia sedang memikirkan seseorang, bahkan jika hanya sedikit...
... Bagus, Tobe. Kamu benar-benar membuat sedikit kemajuan disini. Aku bahkan tidak tau apa benar Tobe yang akan dia berikan cokelat karena bisa saja itu benar-benar untuk orang yang sama sekali kita tidak kenal. Maksudku, serius, Siapa itu Tobe?
Dengan pemikiran-pemikiran yang berhamburan dalam kepalaku, kehangatan kecil mulai mengisi hatiku ketika aku melihat Ebina-san. Kemudian, alisnya bergerak-gerak.
Dia mengeluarkan gelak tawa yang busuk dan kacamatanya berbinar.
"Ya, kamu sudah pasti harus membuat cokelat buatan tangan! Kupikir kamu harus mencoba memberikan Hayato-kun beberapa bro-cokelat, Hikitani-kun!"
"Ya benar, aku akan melakukan hal itu..."
Baiklah, Ebina-san tidak akan berubah dalam waktu dekat... dalam artian apapun. Lagipula, apa yang dia katakan barusan? Bro-cokelat? Tomo-cokelat? Kakek Chibi Maruko?[2]
"Ini tidak seperti dia mau menerima apapun, kan?
"Tidak masalah jika kamu seorang laki-laki!"
Idenya sudah tidak mungkin dipertanyakan lagi dari awal.
Kami harus mendengarkan Ebina-san... Lagipula, orang yang biasanya akan menghentikannya sedang membuat wajah gelisah, tetap memainkan rambutnya.
Sementara itu, aku mengabaikan Ebina-san, yang terus-menerus mengatakan tentang bro-cokelat dan homo-cokelat.
Duduk di sebelahnya, Isshiki menyilangkan tangannya dan mengerang. "Itu benar, sekarang jauh lebih sulit bagi kita karena dia mengatakan tidak akan menerima apapun."
Yap-tunggu, tidak, masalahnya bukan itu, tapi kami berdua adalah laki-laki... tunggu, setelah dipikir-pikir, dia tampaknya akan dengan senang hati menerima cokelat dari laki-laki karena mereka tidak akan menyebabkan masalah untuknya... Tapi kau tahu!? Sebaliknya itu akan menjadi jenis masalah yang berbeda! Dan seperti itulah hubungan yang mencetak nol poin denganku!
"Apa yang harus kita lakukan...?"
"Haa... Tentu saja."
Ketika desahan Isshiki dan Miura saling melengkapi, mereka mengangkat wajah mereka. Mereka saling bertatapan seperti kembang api yang akan dinyalakan...
Oh man, membicarakan hal yang menakutkan...
Isshiki hendak meninggalkan ruangan, tapi setelah dia silih berganti melirik kami dan pintu itu, dia secara perlahan kembali ke tempat duduknya. Yah, aku hanya bisa membayangkan betapa canggungnya saling bertatapan dengan orang yang berkunjung di pintu keluar.
Tak lama, Suara-suara ribut datang dari sisi lain dinding tipis itu.
"Ini bukan seperti kita membutuhkan bantuan mereka..."
"Tidak apa-apa. Lagi pula, aku juga tidak tahu banyak tentang hal itu."
Suara-suara itu terdiri dari pembicara bodoh yang kukenal dan nada yang ramah, tampak tegas.
Ada ketukan di pintu lagi, hanya saja kali ini lebih berirama.
"Masuklah," Jawab Yukinoshita, dan pintu perlahan terbuka. Muncul saat pintu dibuka adalah wajah Ebina-san.
"Hallo, hallo! Apa kalian ada waktu sebentar?"
"Hina? Oh, tentu, masuklah, masuklah!" Yuigahama mengisyaratkan dengan tangannya, dan Ebina-san membalas dengan anggukan. Sesungguhnya, semakin cepat kamu masuk, semakin sedikit angin yang masuk kedalam. Lagipula, kursiku yang paling dekat dengan pintu...
"Maaf kami mengganggu." Kata Ebina-san dengan sapaan yang sopan saat dia masuk.
Mengikuti di belakangnya tanpa kata, dengan ekspresi suram dan mata yang dipalingkan, adalah Miura.
"Apa yang bisa kami lakukan untukmu?" tanya Yukinoshita.
Mulut miura terbuka saat dia melirik Isshiki. "Dan kenapa dia disini?"
"Oh, kau tahu, Itulah sesuatu yang ingin aku katakan... atau semacamnya!” Isshiki membalas dengan senyuman saat Miura memutar-mutar rambutnya dengan tatapan tidak senang.
Oh, benar-benar suasana yang aneh... Kupikir. Persepsi Yuigahama pasti sama, karena dia datang untuk menengahi. "Ummm, apa karena banyak orang di sini membuatmu lebih sulit untuk berbicara?"
"Tidak, Tidak juga...," Miura menjawab, sikapnya masih ketus. Ini tentu saja tidak tampak seperti dia bisa berbicara tentang berbagai hal dengan mudah.
"Kami bisa saja menyuruh Isshiki pergi jika kamu mau," aku menawarkannya.
"Hah!? Kenapa!?"
Ini tidak seperti kamu anggota klub atau semacamnya... Kamu berada disini seolah-olah itu adalah pemberian yang tidak normal, kau tahu?
Ebina-san menepuk bahu Miura untuk menenangkannya. "Sekarang, Yumiko. Pikirkan saja tentang hal yang ingin kamu katakan, mengerti. Jika kamu tidak terlalu spesifik, itu tidak apa-apa, benarkan?"
"Itu benar... Aku membayangkan hal itu mungkin sulit untuk dibahas... Aku tidak keberatan, namun," Yukinoshita melirikku, mencari konfirmasi.
Aku membalasnya dengan anggukan. "Nah, kenapa kita tidak mendengar apa masalahmu terlebih dulu? Jika terlalu membingungkan, kamu bisa berbicara secara pribadi dengan yang lain setelah itu."
"Ya, kedengarannya bagus... Oh, tapi hei, Iroha-chan mungkin memiliki beberapa ide yang bagus juga," tambah Yuigahama.
Isshiki jelas tidak senang diperlakukan seperti orang luar, tapi aku perlahan-lahan mencondongkan kepalaku untuk Yuigahama, yang menjawab dengan senyum lega. Aku merasa agak kasihan padanya karena dia harus bertoleransi untuk kedua belah pihak.
"Mari kita mulai dari awal," Kata Yukinoshita, memulai kembali percakapan.
Miura menatap Isshiki untuk beberapa lama, tapi akhirnya dia menghapus tatapannya. Dia memainkan rambutnya seakan mencari ujung yang bercabang, kemudian membuka mulutnya untuk berbicara.
"... Ya, kamu tahu? aku berpikir untuk membuat cokelat... Um, kita memiliki ujian dan semuanya tahun depan... Jadi ini seperti hari terakhir kita atau semacamnya."
Dia perlahan melemahkan suaranya dengan nada yang dipenuhi dengan rasa malu. Pipinya perlahan memerah saat berbicara.
Namun, ada rasa kesepian yang melekat dalam kata-katanya. Meskipun itu mungkin menjadi sesuatu yang aku rasa sesuai dengan diriku sendiri.
Tahun depan, di sekitaran waktu di musim ini, kami tidak diwajibkan untuk pergi kesekolah.
Hal ini juga terjadi tepat di tengah-tengah musim ujian, dengan ujian untuk masuk perguruan tinggi swasta yang diadakan saat waktu ini juga.
Oleh karena itu, ini akan menjadi hari Valentine terakhir kita di SMA. Hari itu mungkin akan memiliki arti yang benar-benar berbeda dalam kehidupan kita nanti.
Misalnya, Setelah kamu menjadi seorang mahasiswa atau anggota masyarakat yang sudah bekerja, kamu mungkin akan melihat hari Valentine dengan cara lain.
Sebagai seorang yang sudah dewasa, aku ragu kamu akan mengalami sukacita dari menerima cokelat atau merayakan saat menerima cokelat. Itu mirip seperti salju: melihatnya jatuh begitu langka dan menyenangkan sehingga kamu akan senang karena melihat simbol salju di saluran cuaca TV saat masih kecil. Tapi sekarang, kamu melihat hal itu hanya merepotkan saja, apakah itu berangkat ke sekolah, cuaca yang dingin, atau membayangkan dirimu akan basah kuyup.
"... Jadi seperti, Aku pikir aku akan mencobanya," lanjut Miura sambil memutar-mutar rambutnya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Kata-kata yang keluar dari mulutnya saat rambutnya menari di sekitar jemari yang pastinya menyenangkan.
Untuk mereka itu mungkin harus dikhawatirkan, tidak diragukan lagi itu adalah hari Valentine terakhir dalam kehidupan mereka.
Tidak banyak yang bisa bersimpati padanya disini. Isshiki masih memiliki setahun lagi, yang berarti tidak terasa seperti itu padanya. Mulutnya terbuka seakan itu akan menjadi masalah yang besar sementara Yukinoshita sedang memikirkan sesuatu dengan tangan yang ditempatkan di dagunya.
Yuigahama, rupanya, menggembungkan pipinya. Dia menyipitkan matanya dan memberi Miura wajah tegas.
"... Yumiko, bukankah kamu bilang cokelat buatan tangan terlalu ambisius?"
"... Y-Yah-" Miura kehilangan kata-kata, diam-diam mencoba menghindari tatapan Yuigahama, tapi Yuigahama mengikuti sorot matanya dengan cara yang tidak mungkin bisa dia hindari.
Ebina-san menenangkan Yuigahama yang mengerang karena tidak senang. "Baiklah sekarang, apa masalahnya? Kupikir membuat cokelat itu bagus juga."
"Hah? Kamu akan membuatnya juga Hina?" tanya Yuigahama, terkejut.
"Yup. Nah, sepertinya aku akan ditemani Yumiko atau sesuatu seperti itu. Lagipula, tidak ada salahnya untuk mempelajarinya."
"Oh, itu sedikit mengejutkan."
"Benarkah? Seperti, jika aku mempelajarinya, itu akan sangat berguna dijadikan barang seperti di Comiket," Lanjut Ebina-san.
Menyaksikan mereka berdua berbicara, aku dikuasai rasa tidak nyaman.
"Oh ho..."
... Barang, barang, ya? Hmmm? Aku menatap Ebina-san, mendapati kata-katanya yang aneh, dan dia menoleh kerahaku. Lirikan dari dalam lensa kacamatanya bertanya padaku seolah menanyakan padaku apa ada sesuatu yang salah. Aku merespon dengan menggelengkan kepala.
Seringkali, Hal-hal menyangkut buatan tangan, baik sebagai barang atau hadiah, digunakan sebagai formalitas untuk menjaga jarak di luar persahabatan. Ebina-san harus menyadari hal ini, namun dia masih berusaha untuk mengetahui proses pembuatan giri cocho[1].
Dengan kata lain, itu menunjukkan kalau dia sedang memikirkan seseorang, bahkan jika hanya sedikit...
... Bagus, Tobe. Kamu benar-benar membuat sedikit kemajuan disini. Aku bahkan tidak tau apa benar Tobe yang akan dia berikan cokelat karena bisa saja itu benar-benar untuk orang yang sama sekali kita tidak kenal. Maksudku, serius, Siapa itu Tobe?
Dengan pemikiran-pemikiran yang berhamburan dalam kepalaku, kehangatan kecil mulai mengisi hatiku ketika aku melihat Ebina-san. Kemudian, alisnya bergerak-gerak.
Dia mengeluarkan gelak tawa yang busuk dan kacamatanya berbinar.
"Ya, kamu sudah pasti harus membuat cokelat buatan tangan! Kupikir kamu harus mencoba memberikan Hayato-kun beberapa bro-cokelat, Hikitani-kun!"
"Ya benar, aku akan melakukan hal itu..."
Baiklah, Ebina-san tidak akan berubah dalam waktu dekat... dalam artian apapun. Lagipula, apa yang dia katakan barusan? Bro-cokelat? Tomo-cokelat? Kakek Chibi Maruko?[2]
"Ini tidak seperti dia mau menerima apapun, kan?
"Tidak masalah jika kamu seorang laki-laki!"
Idenya sudah tidak mungkin dipertanyakan lagi dari awal.
Kami harus mendengarkan Ebina-san... Lagipula, orang yang biasanya akan menghentikannya sedang membuat wajah gelisah, tetap memainkan rambutnya.
Sementara itu, aku mengabaikan Ebina-san, yang terus-menerus mengatakan tentang bro-cokelat dan homo-cokelat.
Duduk di sebelahnya, Isshiki menyilangkan tangannya dan mengerang. "Itu benar, sekarang jauh lebih sulit bagi kita karena dia mengatakan tidak akan menerima apapun."
Yap-tunggu, tidak, masalahnya bukan itu, tapi kami berdua adalah laki-laki... tunggu, setelah dipikir-pikir, dia tampaknya akan dengan senang hati menerima cokelat dari laki-laki karena mereka tidak akan menyebabkan masalah untuknya... Tapi kau tahu!? Sebaliknya itu akan menjadi jenis masalah yang berbeda! Dan seperti itulah hubungan yang mencetak nol poin denganku!
"Apa yang harus kita lakukan...?"
"Haa... Tentu saja."
Ketika desahan Isshiki dan Miura saling melengkapi, mereka mengangkat wajah mereka. Mereka saling bertatapan seperti kembang api yang akan dinyalakan...
Oh man, membicarakan hal yang menakutkan...
Illustrasi Novel | Bab 1 | Bab 2 | Bab 3 | Bab 4 | Bab 5 | Bab 6 | Bab 7 | Bab 8 | Bab 9 | Kata Penutup
Catatan Kaki
[1] Giri choco (義理チョコ?) adalah hadiah cokelat berharga relatif murah yang umumnya diberikan wanita kepada pria sebagai kewajibanpada Hari Valentine di Jepang. Laki-laki penerima giri choco, misalnya: pria rekan kerja, murid laki-laki di sekolah.
[2] Chibi Maruko-chan
[2] Chibi Maruko-chan